CARA KERJA
Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan). Umumnya zat pencemar industri tekstil terdiri dari tiga jenis yaitu padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi (forlink, 2000).
Terdapat tiga tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu, tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan cairan. Koagulasi dan flokulasi merupakan salah satu proses yang umum dilakukan dalam pengolahan limbah cair industri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia atau koagulan kedalam air limbah dengan maksud mengurangi daya tolak menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-flok kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil hasil proses kuagulasi menjadi flok-flok berukuran besar sehingga mudah mengendap.
Potensi Ekonomi Produksi Kitosan
Menurut BPPT (2004) perhitungan dan kelayakan tekno-ekonomis untuk memproduksi kitosan dengan asumsi umur peralatan 10 tahun adalah sebagai berikut :
Code: - Kapasitas produksi 2 ton kitosan per bulan dan 5 ton kitin per bulan - Biaya investasi Rp 7,7 milyar - NPV (Net Present Value) dengan I atau bunga = 20 % = Rp. 3,4 milyar - IRR (Internal Rate of Return)= 36,70 % - Payback period minimal = 3,5 tahun - BEP (Break Event Point) : kapasitas produksi kitin 37 ton/tahun; 2,2 ton kitosan/tahun. - Biaya produksi rata-rata per kilogram : Rp. 47.950 - Harga jual kitin Rp. 51.000 per kilogram, kitosan Rp. 170.000 per kilogram.
Sedangkan dengan limbah udang yang didapatkan sebesar 298.642,25 ton per tahun maka kitin yang diolah adalah sebesar 170. 226 ton per tahun atau 14.185 ton per bulan. Menurut penelitian rata-rata hasil deasetilasi kitin menjadi kitosan adalah berkisar antara 6,04% dan 11,33% (Hartati, 2002), Hal ini menunjukkan bahwa kitosan yang dihasilkan setiap bulannya antara 856,774 ton sampai 1607,16 ton. Apabila dikonversikan dengan kapasitas produksi peralatan versi BPPT maka akan sama dengan 428,387 sampai dengan 803,58 kali kapasitas produksi peralatan tersebut. Bila kitosan diproduksi secara massal dengan nilai investasi Rp. 7,7 miliar per 2 ton kitosan berarti senilai dengan Rp. 3,298 triliun sampai dengan Rp. 6,187 triliun. Dengan investasi yang sangat besar tersebut akan dihasilkan keuntungan yang berlipat ganda kira-kira sebesar Rp. 104,56 milyar sampai Rp. 196,15 milyar per bulan. Secara logika tanpa menggunakan analisa numerik, dengan peningkatan laba berarti BEP maupun payback period semakin mengecil, balik modal akan semakin cepat.
Bila Indonesia mampu memproduksi kitosan maka dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa harus mengimpor dan tidak menutup kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan luar negeri melalui ekspor. Proyek produksi kitosan di Indonesia belum digalakkan secara luas, Produksi kitosan merupakan suatu proyek besar yang harus dibangun secara serius, mengingat keuntungan ekonomis yang diberikan.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
Code: 1) Limbah Udang memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi kitosan karena ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup besar dan mudah diolah daripada material lainnya, 2) Dengan gugus amina dan hidroksil yang dimiliki, kitosan memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat yang terdapat dalam limbah cair industri tekstil sebagai sisa dari proses pewarnaan dengan metode penukar ion, 3) Selain sebagai koagulan yang ramah lingkungan, kitosan memberikan nilai lebih dalam usaha produksinya. Dalam skala industri kitosan mampu memberikan keuntungan ekonomis yang besar. Produksi kitosan secara tidak langsung mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat
http://www.kaskus.co.id/thread/513659c71fd7192811000005
Sumber